Senin, 01 Agustus 2011

Berita Yestoya

Orientasi Mahasiswa Baru akan diadakan pada tgl 8-10 Agustus 2011.
Perkuliahan Semester Ganjil akan dimulai pada tanggal 15 Agustus 2011. 
Tuhan Yesus Beserta kita semua!!

Kamis, 28 Juli 2011

Renungan: Carilah dahulu Kerajaan Allah

Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 

I Korintus 1:4 – 8 Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus
Ada banyak cara orang untuk mencari berkah / rejeki. Berkah dalam hal ini adalah karunia yang berasal dari “tuhan atau sesuatu yang dipercaya dapat memberi rejeki”, bisa berwujud fisik bisa juga berbentuk keberuntungan, kemenangan dan lain sebagainya. Di Pulau Jawa khususnya wilayah kraton Solo maupun Jogyakarta, ada tradisi masyarakat yang sampai saat ini di laksanakan dan dipercaya yaitu pada saat selesai mencuci barang-barang keramat seperti kereta maupun barang barang lainnya, air cucian itu banyak diperebutkan untuk digunakan masyarakat, katanya ada berkah, sehingga mereka berebut mendapatkan berkat.

Ada juga orang mencari berkat dengan cara bertapa di bawah pohon keramat, juga untuk mendapat berkat, apakah berkat rejeki yang melimpah bagi hidupnya maupun kehidupannya. Bagi orang kristen berkat yang terbesar adalah salib. Salib sangat berarti bagi orang kristen, yang melambangkan bahwa beban dosanya telah diambil alih oleh Tuhan Yesus, sehingga dengan salib kita telah mati bersama-sama dengan kristus dan juga telah dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Menjadi pertanyaan, apa yang harus dikerjakan selanjutnya, jika kita telah diperbaharui dan diselamatkan didalam Dia. Ayat yang menjadi bahan penerang kita saat ini adalah dari Matius 6:33, Carilah Kerajaan Allah dan Kebenarannya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Ada 2(dua) hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu Mencari kerajaan Allah dan kebenaranNya terlebih dahulu dan semuanya akan ditambahkan kepadamu.
Barangkali kita semua akan bertanya-tanya dimanakah kita mencari kerajaan Allah, sehingga perlu di cari. Sebagai referensi, kita tidak perlu jau`h-jauh dalam hal mencari kerajaan Allah, kita tidak perlu ke tanah Palestina maupun Cina. Kita tidak perlu menuju ke gunung Kawi, atau dibawah gunung Merapi untuk mencari kerajaan Allah. Kita juga tidak perlu ke sekolah khusus untuk mencari kerajaan Allah seperti kelompok Shaolin di dataran Tiongkok. Yang perlu kita siapkan adalah menata waktu kita agar waktu-waktu kita bisa disediakan untuk Tuhan, untuk mencari dan menggali firman Tuhan melalui Alkitab. Mungkin banyak orang merasa remeh aktivitas ini, dan mengatakan berdoa saja cukup.

Bapak-bapak mungkin seringkali merasakan kenapa hidupnya selalu tidak mendapat berkah, langkah-langkahnya tidak selalu lurus. Ayat Alkitab yang kita baca bisa menjadi kekuatan, pertama-tama yang harus dikerjakan yaitu marilah kita mendalami Firman Tuhan pada awal kehidupan kita di kala kita membuka mata, Itulah yang dimaksud dengan mencari Kerajaan Allah dan Kebenarannya. Firman Tuhan yang kita baca tersebut juga mengingatkan kita untuk mengawali hidup dengan Tuhan dan kebenaran-Nya.

Barangkali merupakan kebiasaan kita semua bangun tidur tergesa-gesa, karena urusan dagang / urusan bisnis atau urusan dinas dan atau karena urusan olah raga, sehingga pada saat keluar rumah kita tergesa-gesa, sehingga lupa merenungkan firman Tuhan. Setelah sadar barulah dengan cara yang tergesa-gesa kita berdoa pagi. Firman Tuhan mengingatkan kita bukan hanya berdoa, melainkan ”Carilah Kerajaan Allah dan Kebenarannya”. Kelanjutan dari Ayat ini adalah maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu… ” Sungguh indah firman ini. Tuhan sangat mengingini kita mengenal Dia lebih baik lagi dengan membaca firman-Nya. Banyak orang dengan canyak cara mencari Tuhan, ada dengan cara bertapa, ketanah Palestina / Arab dan berilmu pada guru-guru yang memiliki kemampuan ilmu yang tinggi. Seorang Hamran Amri dan Yusuf Rony adalah seorang pencari Tuhan yang giat, akhirnya ketemu Tuhan dengan cara membaca Alkitab yang sebenarnya tujuan awal adalah mencari kelemahan Alkitab.

Saudara yang terkasih,
Dari penjelasan sebelumnya, melalui firman Tuhan kita telah disegarkan kembali yang mengingatkan untuk mengawali kehidupan, yaitu pada waktu bangun tidur, pertama-tama dengan menggali firman Tuhan melalui membaca dan merenungkan dan menggali isi Alkitab __Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah__ , Firman Tuhan tidak tertulis __Tetapi carilah kemudian Kerajaan Allah ___. Dan dari sini kita akan belajar bagaimana mencari kerajaan Allah yang tersembunyi tersebut.

Kita jangan memandang remeh membaca firman Tuhan karena yang dibaca itu-itu saja. Sebab melalui firman Tuhan yang di baca dari Alkitab, ROH KUDUS akan berbicara kepada kita tentang kerajaan Allah. Jangan dibayangkan bahwa suara Tuhan akan terdengar melalui pendengaran suara yang asing seperti yang dinyatakan orang, sebab dengan membaca firman Tuhan kita telah mempercayakan ROH KUDUS untuk menterjemahkan firman Tuhan itu kepada kita. Persoalannya maukah kita memulai / mengawali hidup dengan mendahului mencari Kerajaan Allah dengan membuka dan mendalami Alkitab, dan segalanya akan ditambahkan kepada kita sekalian, apakah itu rejeki, kesempatan dan lain sebagainya. Ini adalah janji Tuhan Yesus kepada kita semua jika kita bersedia membuka kehidupan kita bagi Dia.

Ada moto pada iklan berita di sebuah televisi swasta yang tertulis : ” Anda memberikan waktu, kami memberikan dunia”. Moto ini cukup bagus jika kita hanya ingin hidup terkungkung didalam lingkungan informasi. Artinya jika kita ingin memberikan waktu kita di depan layar televisi, kita akan menerima dunia. Moto ini mirip dengan godaan yang di tawarkan Iblis kepada Tuhan Yesus terdapat dalam Matius 4:9 ……dan berkatalah Iblis kepada Tuhan Yesus : “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”. Iblis menawarkan banyak hal sebagai jerat untuk kita saat ini. Mungkin saatnya kita merubah moto tersebut dengan : ”Anda memberikan waktu bagi Tuhan, maka Ia pun membuka jalan bagi kita ”

Amin.

"CORAM DEO"

7 Perkataan Tuhan Yesus di Kayu Salib

 
1. "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)

2. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43)

3. "Ibu, inilah, anakmu!" (Yohanes 19:26) 

4. "Eli, Eli, lama sabakhtani?'' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"(Matius 27:46)
 
5. "Aku haus!" (Yohanes 19:28)

6. "Sudah selesai." (Yohanes 19:30)

7. "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." (Lukas 23:46) 
 
 
 
---- SOLI DEO GLORIA ----

Selasa, 19 Juli 2011

"TEOLOGI PROSES"


By: Pdt. Moody Daniel Goni

Pendahuluan!

     Teologi proses adalah bagian dari teologi kontemporer yang pergerakannya mulai menonjol pada akhir 1960-an. Telogi ini dilatar belakangi oleh konsep filsafat. Oleh karena itu, pandangan teologi mereka tidak berdasarkan pada Alkitab. Akibatnya, pandangan  teologi mereka telah merusak berbagai konsep dari iman kristen. Pengertian mereka tentang Allah, Alkitab dan Kristus sangat tidak sesuai dengan fakta kebenaran firman Tuhan. Alfred North Witehead merupakan pelopor teologi ini yang kemudian diikuti oleh beberapa tokoh lain, yang meski terkadang konsep mereka berbeda tetapi pada dasarnya memiliki hakikat yang sama, yaitu menganggap segala sesuatu mengalami perubahan atau berproses termasuk juga Allah.


BAB I

Latar Belakang

     Teologi proses yaitu sebuah “teologi tentang mengada” mulai menonjol pergerakannya pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.tetapi dalam buku “A handbook of Contemporary Thelogy” karya David Smith dikatakan bahwa Beberapa orang telah mengklaim bahwa pemikiran teologi proses telah dimulai jauh ke belakang hingga kepada filsuf Yunani, Heraklitus pada tahun 500 SM.  Sehingga tidak diragukan lagi, ada mata rantai pemikiran filsafat dari berbagai masa yang memiliki beberapa kesamaan pada bagian-bagian yang beragam dari pemikiran proses.[1]

     Namun demikian pergerakan ini tentu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain. Dalam buku yang sama Smith menyatakan bahwa, Pemikiran-pemikiran yang terlibat dalam pergerakan tersebut mendapatkan asal-usulnya dari kekuatan-kekuatan abad ke-19 akhir dan abad ke-20 awal; pemikiran-pemikiran tersebut merupakan dampak dari kedua perang dunia dan revolusi dalam pandangan dunia ilmu pengetahuan tentang teologi liberal secara khusus dan kebudayaan kontemporer secara umum. Kemunculan pandangan evolusi Darwin yang diikuti oleh teori relativitas Einstein menuntun kepada kepercayaan (dalam biologi, fisika, kimia, psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial) bahwa semua ciptaan berada dalam keadaan mengalir secara dinamis, masing-masing saling berhubungan.[2]    

     Pada pertengahan abad 20, dunia kekristenan seakan-akan dikuasai oleh dua kutub kekuatan, yaitu Teologia Liberal dan Neo Orthodoks. Pembahasan sebagian besar berkisar pada konsep tentang Allah, misalnya pertanyaan "Jika Allah ada, bagaimana kita dapat memikirkan Allah secara logis?" Bahkan pertanyaan tentang apakah Allah ada pun masih dibicarakan. Hal ini disebabkan karena propaganda teologia "Allah itu mati". Munculnya Teologia Proses merupakan respon terhadap keadaan yang skeptis terhadap keadaan saat itu. Para teolog ini mencoba menjelaskan tentang teori keberadaan Allah dan karya-Nya yang diharapkan dapat memuaskan kaum intelektual jaman itu.[3]

     Tapi sayang ternyata teologi proses tidak jauh berbeda dengan teologi Allah mati karena mereka tidak menggunakan pendekatan dari sudut pandang Alkitab dalam memahami Allah, mereka justru menggunakan pendekatan filsafat. Seperti yang dikatakan oleh Paul Enns bahwa, “Teologi proses berasal dari Hegel, yang mengajarkan bahwa alam semesta tidaklah lengkap, selalu berubah.Lebih lanjut Paul Enns mengutip pernyataan C.J Curtis,”Realitas secara konstan berada dalam gerakan dialektik, tesis, antitesis, dan sintesis. Sintesis dari program Hegelian adalah tahap-tahap dari evolusi penciptaan, yang tidak pernah berakhir, statik, dan mencapai kesempurnaan yang tidak berubah.” Berdasarkan premis inilah, teologi proses itu dibangun.”[4]  

BAB II

Tokoh Teologi Proses dan Pemikirannya

Alfred North Witehead

     Lahir di Ramsgate, Inggris Selatan, 15 Februari 1961. Ayahnya seorang pendeta Anglikan. Whitehead belajar matematika di Trinity College di Cambridge. Dalam hidup Whitehead sebagai ilmuwan dapat dibedakan tiga periode. Dalam periode pertama, di Cambridge, ia hanya mengajar matematika. Kemudian, di London ia juga aktif dalam bidang kritik ilmu pengetahuan. Tahun 1924 ketika ia sudah berumur 36 tahun, Whitehead pindah ke Harvard University di Boston, Amerika Serikat, dan baru dalam periode ini Whitehead menjadi terkenal di seluruh dunia. Whitehead menciptakan dalam periode terakhir ini suatu sistem metafisika berdasarkan hasil ilmu-ilmu, yang dapat dibandingkan dengan sistem Leibniz, Hegel, S. Alexander, dan Bergson. Filsafat Whitehead memberi kemungkinan untuk berpikir secara sintesis mengenai seluruh kenyataan dunia, sejarah, manusia, dan Allah. Whitehead meninggal di Boston, tahun 1947[5]. Whitehead mengembangkan sistemnya di sekitar konsep bahwa dunia itu dinamis, selalu berubah, dan “sedang menjadi” mencakup “ada”.[6]  Termasuk di dalamnya adalah Allah, yang juga terdiri dari aktivitas yang berubah.[7] Menurutnya Allah harus dilihat dalam dua sisi karena Ia adalah ”bipolar” (dua kutub). Natur primordial-Nya,yang berhubungan dengan objek-objek internal,dan natur imanensi-Nya, yang berhubungan dengan dunia. Dalam natur imanensi-Nya Allah terus menerus berada dalam proses untuk menyelamatkan dan memelihara dunia, tetapi tidak pernah selesai.[8] Allah dan dunia berada dalam suatu jenis hubungan “memberi dan menerima”. Karakter temporal dari dunia menyumbangkan keadaan yang terus menerus berubah kepada Allah, sedangkan Allah menyumbangkan ketahanan dan keawetan kepada dunia sebagai balasannya”.[9] Dengan kata lain baginya Allah adalah  “penyebab segala sesuatu, dalam arti bahwa segala sesuatu mendapat keberadaannya daripada-Nya dan bergantung Dia. Tetapi Ia tidak bebas dari pengaruh ciptaan-Nya. Ia memberikan kebebasan yang sejati walaupun terbatas kepada alam semesta supaya kita dapat menjadi sebab dan Ia menjadi akibat.”[10]  Jadi intinya Whitehead telah menolak ajaran tradisional tentang Allah.

Charles Hartshorne

     Lahir pada tanggal 5 Juni 1897 di Kittaninng Pennsylvinia. Dia adalah anak dari Pendeta FC Hartshorne. Hartshorne adalah seorang tokoh filsuf Amerika yang berkonsentrasi terutama pada filsafat agama dan metafisika.”[11]. David Smith mengatakan bahwa Hartshorne tidak jauh beda dengan Whitehead,karena keduanya berpegang pada panenteisme. Sementara teisme klasik menekankan “keasingan” Allah-yaitu, keterpisahan Allah dari ciptaan-Nya-panenteisme menempatkan suatu saling-kebergantungan antara Allah dan alam semesta. Teologi proses mengaitkan Allah kepada dunia sama seperti pikiran terkait kepada tubuh.[12]. Allah hanya sekedar ”sutradara” dari dunia ini, yang bekerjasama dengan dunia, saling bergantung dengan dunia. Allah tidak memiliki suatu esensi yang tak berubah, tetapi bahwa Ia juga berkembang secara terus menerus berkembang dan menyempurnakan diriNya sendiri melalui pengalaman yang bertambah dan berperan serta dalam proses universal, kehidupan, serta penderitaan manusia.[13] Dalam buku Teologi Kontemporer Conn mengutip pernyataan Erie Rust bahwa,“Hartshorne mengembangkan konsep Whitehead lebih lanjut. Whitehead mengatakan bahwa “sedang menjadi” adalah salah satu sifat Allah bersamaan dengan sifat-sifat-Nya yang lain misalnya bahwa Ia ada, Ia tak terbatas dan kekal. Hartshorne mengatakan bahwa Allah juga terbatas dan bersifat sementara.”[14]

Jhon Cobb

     Ia lahir pada tanggal 9 Februari 1925. Dia adalah seorang teolog United Methodist Amerika yang memainkan peranan penting dalam perkembangan teologi proses.”[15] Meskipun ia termasuk teologi proses tapi dia Berbeda dengan Whitehead, Cobb tidak sependapat tentang ”bipolar” Allah. Ia melihat Allah sebagai suatu kesatuan dan pribadi yang hidup. Namun Cobb juga kembali pada teologi natural untuk pengertian yang tepat tentang Allah. Menurutnya Allah ada dalam dunia ini dan dunia ini berada di dalam Allah. “Ia menjelaskan kejahatan dalam dunia tidak berdasarkan Kejadian 3, melainkan berdasarkan proses evolusi yang mengungkapakan adanya kebangkitan dalam hidup dan nilai-nilai yang memberikan kebebasan, kesadaran diri dan penalaran. Hasilnya adalah dasar optimisme tentang kemanusiaan yang sejalan dengan liberalisme.”[16] Dengan demikian Cobb telah menolak kewibawaan Alkitab yang diyakini oleh orang kristen sebagai wahyu Allah.

Nelson Pike

     Lahir pada tahun 1930 adalah kontributor utama filsafat agama dan anggota lama dari Departemen Filsafat di University of California[17]. Pike juga adalah bagian dari teologi yang menentang Thomas Aquinas tentang kekekalan Allah. Bagi dia, kekekalan akan menghapus kemahatahuan Allah, karena tidak ada masa depan di dalam waktu yang tak terbatas. “Kekekalan akan menghilangkan personalitas dari Allah, karena personalitas menuntut respons. Apabila Allah adalah kekal maka Ia tidak dapat memberikan respons, karena Ia tidak berubah. Ibadah dan doa menuntut bahwa Allah harus bisa digerakkan oleh  pemohon, tetapi apabila Ia kekal, maka Ia tidak dapat digerakkan. Kekalan akan membatalkan inkarnasi karena inkarnasi menuntut perubahan.”[18]

Schubert M. Ogden.

     Dia lahir pada Tahun 2 Maret 1928, di Cincinnati, Ohio. Ogden adalah profesor teologi dan direktur Program Pasca Sarjana Studi Keagamaan di Southern Methodist University, Dallas, Texas.”[19]. Ia adalah murid dari Charles Hartshorne, yang telah melangkah lebih dalam kepada realitas dan sifat Allah. “Ogden memandang Allah sebagai yang relatif. Sebagaimana halnya ”saya” berkaitan dengan tubuh saya, demikian Allah berkaitan dengan dunia; dunia adalah tubuh Allah. Karena itu Allah berpartisipasi dengan dunia melalui ”partisipasi bersimpati”. Allah adalah absolut, di mana Ia termasuk di dalam semua keberadaan dan Ia berhubungan dengan semua keberadaan yang lain di alam semesta. Dalam hubungan ini Allah secara terus menerus berubah.”[20]

Norman Pittenger.

     Lahir pada tahun 1905, ia adalah seorang teolog Anglikan. Ia memainkan peranan penting sebagai promotor teologi proses.[21]. Pittenger membawa teologi proses sampai pada pembicaraan tentang Kristus. Meskipun ia menyebut Kristus sebagai yang ilahi, namun ia tidak menjabarkannya dalam arti esensi keilahian Kristus, melainkan dalam pengertian yaitu keilahian sebagai aktivitas ilahi dari Allah dalam Kristus. Keilahian Kristus adalah tindakan Allah di dalam Kristus. Kristus adalah tindakan Allah di tengah-tengah manusia. Pitengger  juga mengikuti pemikiran teologi proses pada umumnya yaitu mendukung panenteisme yaitu menganggap bahwa keberadaan Allah memasuki seluruh alam semesta tetapi keberadaannya lebih dari atau tidak dibatasi alam semesta. “Allah aktif di dalam dunia, memberikan realisasi diri pada setiap makhluk ciptaan. Sebagaimana Allah bertindak di dunia, setiap peristiwa merupakan inkarnasi dari Allah”[22]

BAB III

Kesimpulan


  Teologi Proses adalah “teologi tentang mengada“ di mana dunia dipahami sebagai dinamis, selalu berubah. Dan menurut mereka hal itu berlaku juga bagi Allah. Oleh karena itu ada beberapa hal yang jelas-jelas bertentangan dengan iman Kristen. Keradikalan mereka telah merusak pandangan yang benar tentang Allah. Mereka menolak teisme yang klasik dan menggantikannya dengan konsep “dua kutub”. Mereka mengatakan bahwa “Ia adalah penyebab segala sesuatu, dalam arti bahwa segala sesuatu mendapat keberadaannya dari-Nya dan bergantung kepada Dia. Namun Ia tidak bebas dari pengaruh ciptaan-Nya. Ia memberikan kebebasan yang sejati walaupun terbatas kepada alam semesta supaya kita dapat menjadi sebab dan Ia menjadi akibat. Oleh karena itu teologi proses juga sering disebut “panenteisme”, di mana dunia dianggap sebagai tubuh Allah. Hubungan antara Allah dengan dunia mereka samakan dengan hubungan otak dan tubuh. Mereka juga telah merusak kewibawaan Alkitab, seperti yang dikatakan oleh John Cobb bahwa kejahatan dalam pasal 3 tidak didasarkan pada Kejadian pasal 3, melainkan pada evolusi. Teologi proses juga telah menghancurkan keilahian Kristus karena Meskipun ia menyebut Kristus sebagai yang ilahi, namun ia tidak menjabarkannya dalam arti esensi keilahian Kristus, melainkan dalam pengertian yaitu keilahian sebagai aktivitas ilahi dari Allah dalam Kristus. 

Daftar Pustaka

1.  http://www.sabda.org/learning/baca.php?b=teo_kontem
2.  http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_North_Whitehead
3.  en.wikipedia.org/wiki/Charles_Hartshorne
4.  en.wikipedia.org/wiki/John_B._Cobb,
5. http://leiterreports.typepad.com/blog/2010/02/in-memoriam-nelson-pike
6. http://www.ctr4process.org/publications/Biblio/Thematic/Ogden,%20Schubert%20-%20Primary%20Bibliography.html
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Pittenger
8. Smith, David. A Handbook of Contemporary Theology
9. Conn, Harvie M.  Teologia Kontemporer, Malang, SAAT,
10. Enns, Paul. The Moody Hand Book of Theology, Malang, SAAT
11. Lane, Tony. Runtut Pijar, BPK Gunung Mulia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

[1] David Smith,  A handbook of Contemporary Thelogy, (Michigan: Baker Books, 1992), hal 150
[2] Ibid
[3] http://www.sabda.org/learning/baca.php?b=teo_kontem, Akses Internet tgl 18 Oktober 2010
[4] Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology, (Malang:SAAT,2010), hal 237
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_North_Whitehead, Akses Internet, Tanggal 18 Oktober 2010
[6] Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT, hal 128).
[7] Paul Enns, hal 237
[8] Ibid
[9] David Smith, hal
[10] Tony Lane, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK, 1999), hal 237.
[11] en.wikipedia.org/wiki/Charles_Hartshorne,  Akses Internet, tanggal 15 Oktber 2010
[12] David Smith, hal
[13] Paul Enns, hal 238.
[14] Harvie M. Conn, hal 130.
[15] en.wikipedia.org/wiki/John_B._Cobb,Akses Internet tanggal 15 Oktober 2010
[16] Paul Enns, hal 238

[17]http://leiterreports.typepad.com/blog/2010/02/in-memoriam-nelson-pike, Akses Internet, tanggal 15 Oktober 2010
[18] Paul Enns, hal 239.
[19]http://www.ctr4process.org/publications/Biblio/Thematic/Ogden,%20Schubert%20-%20Primary%20Bibliography.html, Akses Internet, Google, tanggal 15 Oktober 2010
[20] Paul Enns, 239 
[21]http://en.wikipedia.org/wiki/Norman_Pittenger,akses internet, 15 Oktober 2010.
[22] Ibid, hal 239

Selasa, 12 Juli 2011

Mengapa kita harus Mengampuni? Matius 18:21-31 "Mengampuni dan Melupakan"

           Menyimpan sakit hati, dendam dan sikap tidak mau mengampuni seringkali menjadi penyebab berbagai penyakit dalam tubuh kita.  Pada satu kesempatan, Petrus bertanya kepada Yesus, berapa kali ia harus mengampuni saudaranya yang berbuat dosa kepadanya.  Cukup sampai maksimum tujuh kali saja?  Jawab Yesus, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”  MENGAPA ”mengampuni” itu sulit? Bahkan sering lebih sulit ketimbang yang seharusnya? Salah satu sebab utamanya adalah, karena orang sering merancukan antara ”mengampuni” dan ”melupakan”. ”To forgive” dan ”to forget”.  Ada yang dengan tegas mengatakan, ”Pokoknya, saya tidak bisa dan tidak akan mengampuni orang itu! Titik”. Padahal bila kita usut lebih lanjut, yang sebenarnya ia maksudkan adalah, ”Saya tidak bisa dan tidak akan melupakan perbuatannya yang keji itu!” Kesediaan mengampuni bukan cuma vital dalam memelihara hubungan antar pribadi, tetapi terlebih-lebih dalam terus merekat hubungan antar kelompok. ”To be social is to be forgiving,” artinya, ”Menjadi mahluk sosial itu, syaratnya adalah mau mengampuni” itulah yang pernah di sampaikan oleh Robert Frost
Sekiranya Anda hidup seorang diri di tengah hutan rimba atau di padang gurun, Anda tidak memerlukan pengampunan orang lain. Tapi kebutuhan berubah, begitu Anda harus hidup bersama dengan orang lain, betapa pun kecil lingkungan hidup Anda itu. Anda bisa berbuat salah terhadap orang lain. Dan sebaliknya, orang lain pun bisa pula berbuat hal  yang sama terhadap Anda. Benarkah ”mengampuni” harus berarti ”melupakan”? Bila benar, pantaslah orang mengatakan bahwa ”pengampunan” itu mustahil. Sebab bagaimana mungkin bisa melupakan penghinaan, penganiayaan, penindasan, pengkhianatan, yang pernah kita alami? Bukankah ”luka di kulit akan mengering, tapi luka di hati dibawa mati”? 
 Shriver mengatakan, ”Tidak!”. Justru sebaliknyalah yang benar! Yaitu: ”INGAT DAN AMPUNI!”. ”Remember and forgive”. Pengampunan sejati harus berawal dari ingatan yang jelas akan getirnya rasa kecewa, akan pedihnya dikhianati, akan perihnya dibohongi berkali-kali, dan akan sakitnya diinjak-injak hak-hak kita yang paling asasi. Getir, pedih, perih, dan sakit! Ya! Itu tak akan pernah saya lupakan! Tak perlu saya lupakan, dan memang tak mungkin! Namun demikian, saya toh bersedia mengampuninya!!!
Mungkin ada Banyak orang atau bahkan diantara kita yang tidak bisa mengampuni orang yang telah melukai kita atau mungkin kita tidak dapat mengampuni diri sendiri (menjadi orang yang tertuduh terus menerus dan kerjanya selalu menghukum dirinya sendiri).  Ingat Tuhan tidak menghendaki semuanya itu terjadi tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita mampu mengampuni orang lain dan juga kita dapat melepaskan diri kita dari rasa bersalah. Mengapa saudara dan saya harus mengampuni, baik orang lain maupun diri sendiri?  Sebab Allah telah mengirimkan Putera TunggalNya untuk mati disalib untuk mengampuni segala dosa dan kesalahan kita!  Dia adalah Allah yang memberi pengampunan. Di zaman Perjanjian Lama, untuk menebus dan menyucikan dosa bangsa Israel, Seorang imam besar harus menyembelih dan mempersembahkan korban anak domba.  Untuk mengampuni segala dosa dan kesalahan saudara dan saya, Tuhan Yesus telah menjadi Anak Domba - menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib, dan mencurahkan darahNya!  Oleh kuasa darah Yesus, kita beroleh pengampunan dosa, dan karenanya bisa menghampiri tahta Allah, dan memanggilNya, “Abba, ya Bapa.”
Dampak ketika tidak bisa mengampuni: Sakit secara jasmani dan rohani bahkan dapat Membunuh (Kain dan Habel). Ingat di tengah penderitaan jasmaniah dan batiniah-Nya yang luar biasa di atas kayu salib, Yesus pernah menolak minuman yang sebenarnya akan dapat sedikit menjadi penawar rasa sakitnya. Dengan itu, Ia menunjukkan, betapa Ia mau dengan sadar merasakan penderitaan-Nya detik demi detik. Ia mau mendengar rintihan-Nya sendiri saat demi saat. Dan doa-Nya, ”Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Itulah sakitnya ”mengampuni”! Ingat, namun mau mengampuni!!!! Tuhan sudah mengampuni segala dosa kita.  Itu sebabnya, kita pun harus juga mengampuni orang lain dan diri sendiri, supaya kita memperoleh kehidupan yang baru. Allah mengasihimu. Dia mau mengampuni dan menyelamatkan saudara.  Saudara hanya perlu menerima Yesus sebagai Juru selamat secara pribadi!  Ampunilah orang lain dan diri sendiri, maka saudara akan beroleh kelegaan! Halleluya, Amin...^_^ 
"SOLI DEO GLORIA"
By: Ev. Vernando R. Sihombing, S. Th

Informasi Ujian Negara STTY

Shalom,
STT Yestoya akan menyelenggarkan UJIAN NEGARA pada bulan September 2011.
Saat ini pendaftaran telah dibuka dan akan segera ditutup pada bulan Agustus.
Untuk Informasi selengkapnya silahkan anda menghubungi bagian BAAK STTY: Ibu. Nova Ritonga (0341-585379, 557873)
 
Tuhan Yesus memberkati!!